Jumat, 18 November 2011

KRITERIA CERPEN YANG BERKUALITAS ALA GURU SASTRA

numpang keren
KRITERIA CERPEN YANG BERKUALITAS ALA GURU SASTRA
Karya Avet B. P, S.Pd AP
Inilah cerpen berkualitasku! mana cerpen berkualitasmu?
Berdasarkan sebuah analisa dan pengamatan mendalam terhadap karya-karya tulis bernuansa fiksi; khususnya cerpen; tidak  mudah memberikan suatu definisi yang membedakan mana cerpen yang berkualitas, mana cerpen yang kurang berkualitas dan mana cerpen yang tidak berkualitas. Disebabkan karena antara penulis yang satu dengan penulis lainnya memiliki pandangan yang berbeda, yang didasari atas pendidikan dan pengalaman yang tidak sama; termasuk saya, seorang guru sastra yang semata-mata menulis karena hobi dan sebuah prinsip : kata-kata dapat menaklukkan dunia.
Walaupun demikian, secara umum kebanyakan dari penulis mengatakan bahwa cerpen yang berkualitas adalah cerpen yang utuh, integral, merupakan satu bentuk kesatuan yang manunggal.  Tidak ada unsur-unsur yang tidak perlu digunakan, sebagaimana tidak ada juga unsur-unsur yang digunakan diluar keperluan.  Seluruh isinya seimbang, fokus, berarti, dan mampu memaknai arti. Fokusnya bisa tercermin dari karakter unsur yang terdapat di dalamnya, seperti : Penokohan, pusat penceritaan, alur cerita, tempat, waktu, dan suasana cerita.
Lebih dari itu, seorang cerpenis yang kreatif harus mampu memberikan sesuatu dari sesuatu yang ditulis, seperti pesan-pesan moral kepada para pembaca.
Sebagai seorang guru sastra yang pernah membaca ratusan bahkan ribuan cerpen dari penulis-penulis yang beraliran berbeda, saya memiliki kesimpulan bahwa cerpen yang berkualitas memiliki lima kriteria, yaitu:
Pertama. Cerpen itu harus pendek, tidak menguras banyak waktu untuk membacanya, bisa selesai dibaca dalam waktu singkat tapi tetap memberikan makna yang mendalam. Cerpen itu bagaikan celana jeans wanita; yang bahannya ketat, tidak banyak memberi kelonggaran. Sebuah pengalaman; kebanyakan dari siswa dan siswi merasa bosan membaca cerpen yang memiliki uraian yang panjang tentang tokoh cerita atau pemandangan alam.
Kedua. Cerpen mengandung efek yang tunggal dan unik, artinya : sebuah cerpen yang baik hanya memiliki satu pikiran utama dan action yang bisa dikembangkan melalui sebuah garis dari awal hingga akhir; berbeda dengan novel yang memungkinkan memiliki garis-garis sampingan atau cerita-cerita penyeling (tambahan), cerpen tidak memiliki hak untuk melebarkan fokus cerita.
Ketiga. Cerpen harus ketat dan padat. Seorang cerpenis harus berusaha memadatkan setiap detail pada ruang tulisannya sepadat mungkin. Tiada ruang untuk memaparkan aneka ragam kejadian atau serba detail karakter seperti pada novel. Maksudnya tidak lain agar pembaca mendapat kesan tunggal dari keseluruhan cerita. Inilah sebabnya dalam cerpen amat dituntut ekonomi  bahasa. Segalanya harus diseleksi secara ketat, agar misi yang hendak disampaikan dapat dikemukakan secara tajam, dan menghunjam ke dalam hati pembacanya. Sebuah cerita pendek mengenal disiplin waktu, irama, mengenal warna, dibatasi oleh patokan sehingga memerlukan kelicikan, tetapi juga sekaligus ketegelan dan kebijaksanaan dari penciptanya.
Keempat. Cerpen harus terlihat dan terasa sungguhan. Cerpen memang karya fiksi tapi harus diupayakan agar terkesan nyata. Sebab terlihat dan terasa seperti sungguhan adalah prinsip seni penceritaan sebuah cerita termasuk pula cerpen. Semua fiksi tidak boleh kentara nilai fiksi atau imajinasinya meskipun semua orang tahu bahwa itu hanya fiksi belaka. Oleh karena itu, seorang cerpenis jangan membuat plot atau alur cerita yang mustahil. Jangan pula melebih-lebihkan karakter tokoh ceritanya seperti pada kartun atau karikatur.
Kelima. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas. Selesai membaca cerpen, pembaca harus merasa bahwa cerpen itu benar-benar selesai. Tidak boleh tidak cerita itu harus rampung pada satu titik. Jika tidak, pembaca akan bertanya-tanya atau bahkan merasa kecewa.
Itulah lima kriteria cerpen yang berkualitas menurut saya, menurut kamu bagaimana? Sah-sah saja bila ada tambahan, sepanjang masih bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Bagi saya, tak ada yang tetap selain perubahan. Perubahan selalu ada, sepanjang hidup tetap berjalan.
Apalah arti sebuah kata, tanpa arti yang bermakna. Okey, Kawan! Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk terus berkarya dalam kata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar