Selasa, 04 Oktober 2011

Doa VS Sial


Doa VS Sial
Oleh : Riyadi Hidayat

Motor tua milik Pak Lik mulai di panaskan. Biasanya kalau tidak dipanaskan motor itu mogok dijalan. Seperti manusia saja, sebelum olah raga juga dilakukan pemanasan supaya tidak terjadi cedera ringan. Dan akan meringankan gerakan ketika mulai melakukan berbagai kegiatan olah raga.
“ Pak Lik, akan kemana kita nanti?”. Tanyaku pada Pak Lik.”Kita nanti akan nengok nenek di rumah sakit, soale Pak Lik tadi ditelpon sama Bu De kalo nenek katanya jatuh dari motor, waktu dibonceng Bu De”.Jawab Pak Lik Joko adik Bapak yang tinggal di rumahku sejak aku kecil.
Motor yang dipanaskan tadi keliatannya sudah cukup panas, kemudian Lik Jo matikan supaya bensin yang tersisa hampir separo tidak berkurang dan cukup untuk perjalanan ke Rumah Sakit. “Endro, ayo kita berangkat biar nanti pulangnya tidak terlalu malam”. Kata Lik Jo mengajakku.” Iya Pak Lik”.Jawabku.Lik Jo mulai menyalakan motor tua itu. “Bremmm. Bremmmm”. Suara motor terdengar khas, suara motor tua buatan Jepang tahun 70-an.“ Ok, kamu dah siap Ndro? Jangan lupa doa dulu Yuk, Bismillahirrohmanirrohim”. Apapun aktifitasnya dalam keluargaku selalu membiasakan berdoa sebelum beraktifitas.
Motorpun mulai melaju menyusuri jalan-jalan daerah pinggiran kota. Nampak lalu lalang kendaraan ramai sore itu. Biasanya kalau sore akan terlihat ramai banyak pekerja dari kantor maupun tempat kerja lain pulang ke rumahnya masing-masing yang letaknya di perkampungan pinggiran kota. Kebetulan Rumah Sakit tempat nenek di obati berada di pinggir kota.“Dor!” terdengar suara keras memekakan telinga. Lik Jo berusaha mengendalikan motor yang kita tumpangi. Hampir-hampir kita berdua mau jatuh karena motor tidak bisa berjalan stabil. “Hati-hati Lik!”. Teriakku.”Pegangan erat-erat Ndro”Jawab Lik Jo sambil berusaha mengendalikan motor.
Pelan-pelan gas dan rem mulai Lik Jo atur. Motor akhirnya pelan-pelan berhenti menepi ke pinggir jalan. “Wah ternyata ban motor belakang bocor, Ndro”. Lik Jo memberitahuku.. “Kita harus cari tambal ban, Pak Lik”.saranku pada Lik Jo. “Bener Ndro ini memang harus di tambal, kita harus nyari dekat sini”. Lik Jo menanggapinya. “Itu disana ada Lik, di seberang jalan ada tambal ban”. Aku menunjukan pada Lik Jo tempat tambal ban. “Beruntung Ndro, kita selamat dan kita langsung dapat tambal ban, Pak Lik tidak bisa bayangkan kalau tidak terkendali apa jadinya kita”. Lik Jo bersyukur atas kejadian itu karena masih selamat.
“Permisi Pak, mau tambal ban”. Tanya Lik Jo pada Tukang tambal ban. “ Oh iya Dik, kenapa ban motornya?”. Tanya Tukang tambal ban yang usianya 50an seumuran Ayahku.”ini Pak tadi dijalan tiba-tiba meletus”. Jawab Lik Jo. “hmhm…Coba saya cek, Iya Dik ada paku yang menusuk ban, ini perlu diganti ban dalemnya, soalnya tadi selama bocor, roda di paksa berputar sehingga pakunya menggores ban dalam jadinya banyak yang bocor mending diganti saja”. Tukang tambal ban itu menunjukan ban dalam yang tertusuk dan tergores paku.
“ Beruntung kalian berdua tidak apa-apa, padahal daerah situ memang sering terjadi kecelakaan”. Tukang tambal bercerita. “Iya pak kita berdua besyukur, untung tadi masih terkendali dan pas tidak ada kendaraan besar lewat”. Jawab Lik Jo. “Lho hampir jatuh kok bersyukur, gimana lik Jo ini, kan sial namanya”. Aku protes sama Lik Jo. “Iya tetap bersyukur, iya kan Pak?”. Menjawab sambil menengok ke Tukang tambal ban. “ Betul Nak, kalian harus bersyukur karena tidak timbul cedera, kamaren saja selama lebaran didaerah situ beberapa kali sering terjadi kecelakaan, makanya  kalau kemana-kemana berdoa dulu”. Tukang tambal itu memberi nasehat.”Benar Pak, karena kita itu hanya bisa minta perlindungan pada Tuhan”. Lik Jo menambahkan. “ Betul Dik, tapi jangan lupa juga perlengkapan berkendara juga harus  lengkap seperti jaket pelindung badan dan yang paling peting helm harus dipakai walaupun jarak dekat. Trus di cek juga kendaraannya apakah dalam kondisi baik atau tidak. Dan jangan lupa kalau ban gembes atau bocor bawa kesini Bapak ahlinya he….”. Jawab tukang tambal ban sambil bercanda.
Tak terasa ternyata sambil ngobrol, ban dalem akhirya selesai dipasang. Kemudian kita berpamitan pada tukang tambal ban itu, beliau tidak saja pandai memasang ban dalam tapi juga pandai bercerita. Aku dapat ilmu bagaimana harus hati-hati di jalan raya kalau bepergian.
Aku dan Lik Jo kemudian melanjutkan perjalananku ke Rumah Sakit. Sesampai disana aku ceritakan kejadian tadi. Disana kebetulan ada Nenek yang terbaring sakit karena jatuh dari sepeda motor karena dibonceng Bu De. Bu De juga ada disana menceritakan kejadian kecelakaan yang menimpanya bersama nenek. Ternyata Bu De waktu itu buru-buru waktu pergi dan lupa berdoa, juga lupa menggunakan helm. Kasian juga melihat Nenek dan Bu De. Akhirnya aku berjanji pada diriku sendiri  kalau kemana-kemana harus berdoa, mengecek semua kelengkapan berkendara dan selalu berhati-hati.
                                                                                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar