Senin, 10 Oktober 2011

Cerpen Anak 100 kata : (tips dan trik)

beberapa waktu lalu, saya blog walking ke beberapa tempat dan mendapatkan sebuah tulisan yang menarik dari sini, yang berisi : TANTANGAN Menulis Cerpen Anak100 Kata. Link tersebut saya dapatkan dari 3 orang kontak saya (Avelin, Lingga & Uchi)  yang  mengikuti lomba itu. Setelah membaca isinya, saya agak tertantang untuk mengkritisi beberapa karya yang diikutsertakan.

Menulis Cerita Anak merupakan hal yang gampang-gampang mudah (Jadi, nggak ada susahnya, khan?! ). Apalagi kalau hanya 100 kata. Namun begitu, justru hal ini yang membuat sebagian peserta sepertinya 'kehabisan ruang', padahal cerita mereka belum ‘tertuang’ sepenuhnya.
Pemborosan kata! Itulah yang seharusnya dihindari, ketika ruang ekspresi dibatasi. Salah satu cara adalah dengan  mengurangi dialog, yang biasanya sangat menguras kosa kata.
Selain harus menghemat ‘kosa kata’, ada beberapa ‘muatan’ yang perlu diperhatikan, agar sebuah karya (cerita) memiliki nilai lebih. Berikut ini beberapa tips singkat dalam menulis cerpen anak :

1. Sisipkan pesan moral dalam cerita.
Tulisan yang bagus adalah tulisan yang dapat memberikan pencerahan, mampu memberikan inspirasi positif pada pembaca (anak).
2. Pakailah bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh anak.
Dunia anak adalah dunia bermain. Dunia yang masih ‘polos’ dan lugu. Masukilah dunia mereka dan berbahasalah dengan bahasa mereka.
3. Buatlah tema yang unik, istimewa atau ide baru yang menyegarkan.
Sebelum mulai berkarya, pikirkan tema/ide yang membuat karya anda berbeda dengan karya lainnya. Orisionalitas akan menjadi ciri khas anda nantinya. Bila perlu, akhiri cerita dengan kejutan yang menyenangkan.

Nah, setelah membaca tips di atas, marilah kita  belajar mengkritisi beberapa karya berikut :

MURID SPESIAL (Karya : http://toramarimelompat.multiply.com)
Lonceng berdering sepuluh menit yang lalu, menandakan waktu untuk istirahat sudah habis. Seharusnya Ibu guru sudah di kelas dan sudah memulai mengajar pelajaran berikutnya. Tapi Ibu guru belum juga masuk kelas. Murid-muridnya pun berisik di dalam kelas. Mereka berbicara dan bercanda dengan teman-temannya.
Sampai Ibu guru datang dengan seorang anak perempuan yang berseragam rapi. Kelas mendadak hening. Terlihat anak-anak di kelas tersebut saling pandang. Wajah mereka terlihat bertanya-tanya.
    “Dia siapa, Bu?” Yara bertanya memecah keheningan.
    Ibu guru tersenyum. “Namanya Anita. Teman baru kalian.”
    “Tapi kenapa tangan kirinya tak ada jari?”
    “Karena Anita spesial.” Jawab Ibu guru sambil tersenyum.
Mengangkat tema kepedulian pada sesama, Cerpen ‘Murid Spesial’ ini terasa spesialnya. Hanya saja ada sedikit dialog yang terasa kurang pas atau agak canggung.
“Dia siapa, Bu?”  akan lebih pas bila diganti dengan “Siapa dia, Bu?”. Pada akhir dialog, akan lebih mengena bila diakhiri dengan Jawab Ibu guru, sambil membelai rambut Anita atau Ibu guru  tersenyum, sambil membelai rambut Anita.

Silat Camp (karya : http://ummuthoriq.multiply.com)
Murid-murid Padepokan Gajah Duduk tampak antusias. Hari ini akan diumumkan murid yang lolos ikut Silat Camp. Tiga orang murid terbaik akan diutus ke perkemahan silat selama masa liburan itu.
Suhu Talisoga akhirnya datang mengumumkan.
“Perhatian.. perhatian, yang berhak ikut silat camp tahun ini adalah Hobe, Pugu dan Napma.”
Ratni tersentak, tadi ia begitu yakin akan ikut silat camp karena setiap tahun terpilih. Ia adalah murid paling pintar. Sedangkan tiga orang terpilih, menurutnya paling payah.
“Hobe itu terlalu heboh, Pugu gugupan, Napma terlalu tampan paling hanya tebar pesona disana!” protesnya.
“Kamu juga terlalu…. percaya diri,” jawab Suhu Talisoga kalem.

kata-kata Silat Camp mengingatkan saya pada SuperCamp, Kemah musim panas bagi pelajar di Amerika yang tertinggal beberapa mata pelajaran. Namun justru setelah mengikuti SuperCamp, kemampuan mereka melebihi anak-anak lain.
Penataan kata dalam cerpen ini sudah sangat tepat, kecuali selama masa liburan itu yang semestinya kata ‘itu’ bisa dihilangkan. Perpaduan unsur ‘kejutan’ dan ‘pesan moral’  di akhir cerita membuat cerita ini terasa spesial.


Televisi (http://mejenk.multiply.com)
Bapak pernah bilang kalau televisi itu merusak.

“Kamu lihat, nak! Lampu petromak itu selalu dikerubuti serangga” Ucapnya sembari menunjuk petromak yang agak redup. Kami masih kecil ketika mendengar ucapannya itu.

Selepas Isya, kami berkumpul di teras rumah untuk mendengar kisah dan nasehat Bapak. Ibu pun tak lama bergabung sambil membawa ubi yang baru direbusnya. Silih berganti mereka bercerita Saur Sepuh, Aladin, Jenderal Soedirman, hingga dongeng Kabayan yang membuat kami terpingkal-pingkal.

Kini apa yang bapak ucapkan terbukti. Kami menjadi serangga, sedangkan televisi sebagai lampu petromaknya.
Hampir 24 jam penuh!

Lalu, dimana lagi dongeng-dongeng yang sering bapak dan ibu ceritakan dulu?
Cerita dengan alur flash back di atas terasa sangat kontemplatif bagi pembacanya. Sayangnya, cerpen ini kurang pas untuk anak. Pertama, karena ‘pesan moral’ yang diusungnya kemungkinan besar tidak ‘terbaca’ oleh anak-anak. Kedua, Gaya bertutur yang dipakai adalah gaya bertutur orang dewasa. Paragraf terakhir semakin menguatkannya : Kini apa yang bapak ucapkan terbukti. Kami menjadi serangga, sedangkan televisi sebagai lampu petromaknya. Hampir 24 jam penuh!

Sepeda Badu (http://trewelu.multiply.com)

Badu baru saja menggunakan uang tabungannya untuk membeli sepeda baru. Ia begitu bahagia karena tidak lagi harus jalan kaki ke sekolah.
Badrun adalah teman sekelas Badu. Dia seorang anak yatim. Setiap hari dia terlihat mengantuk di kelas.
“Badrun, kenapa kamu selalu terlihat mengantuk?” tanya Badu.
“Aku harus bangun dini hari untuk membantu ibuku membuat pisang goreng. Paginya aku berjalan kaki dari warung ke warung tempat ibu menitipkan pisang gorengnya untuk dijual,” jawab Badrun.
“Kalau begitu, sepedaku buat kamu saja, biar kamu tidak terlalu capek. Kamu lebih membutuhkannya daripada aku,” bantu Badu.
“Terima kasih Badu,” ujar Badrun dengan haru.

 Beberapa dialog diatas, sepertinya lebih bisa dimampatkan. “Aku harus bangun dini hari untuk membantu ibuku membuat pisang goreng. Paginya aku berjalan kaki dari warung ke warung tempat ibu menitipkan pisang gorengnya untuk dijual,” jawab Badrun.
Dialog tersebut agak terdengar janggal. Jarang seorang anak yang bisa berkata-kata panjang. Akan lebih ‘nyaman’ kedengarannya apabila dipenggal-penggal. Seperti ini, misalnya :
“Sebelum subuh, aku harus bangun. Membantu ibu membuat pisang goreng. Pagi  sebelum ke sekolah,  ku berjalan dari warung ke warung. Menitipkan pisang gorengnya,” ucap Badrun

MEONG (http://sinthionk.multiply.com)
“Kenapa Sayang?,” tanya Mama melihat Ria terburu-buru. “Ini Ma, Meong. Tadi Ria melihat langkah Meong pincang, dan sewaktu diperiksa ternyata kakinya berdarah,” kata Ria sedih melihat kucing yang sedang digendongnya.
Ria meletakkan Meong di atas meja dengan lembut, kemudian Mama mulai memeriksa luka Meong. “Ria, ambilkan kotak obat,” suruh Mama, dengan segera Ria bergegas mengambil kotak obat. Mama mengobati kaki Meong dengan hati-hati. Ria membantu Mama membersihkan luka dan memberikan obat merah di kaki Meong. Kemudian dengan lembut Mama membalut kaki Meong. “Nah, Meong, kakimu sudah selesai diobati. InsyaALLAH besok sembuh,” kata Ria, sambil membelai kepala kucingnya dengan lembut.

Penulis cerita di atas sangat pas menggambarkan dunia anak. Dunia yang polos, lugu, namun penuh keingintahuan. Sebuah pembelajaran yang bagus yang bisa dipetik, ‘semestinya kita menyayangi semua makhluk Tuhan.’

KEJUTAN BUNDA ( http://tiarrahman.multiply.com)

Sejuta bintang
Seribu harap
Satu cinta:
Ibunda

Intan memandang wajah ibundanya.
“Tak bolehkah sekali ini saja, Bunda?” rayunya.
Ibu bijak itu tak segera menjawab. Ia tersenyum lembut. Teduh. Sebelum akhirnya berkata, “Sabar ya sayang. Ibu punya sesuatu untukmu besok pagi.”
Mereka berdua meninggalkan toko mainan itu. Intan sesekali menatap boneka impiannya.
Malam itu sang bunda berjaga demi anaknya. Sesekali tangannya tertusuk jarum, tak dirasanya. Menjelang diri hari, selesai juga akhirnya. Hati-hati diletakkan boneka perca berkepang dua di samping bantal Intan.
Pagi-pagi Intan berlari, menghambur ke pelukan Ibundanya. “Makasih ya, Bunda. Bonekanya cantik sekali.”
Air mata Ibunda menetes. Bahagia.
Awalan cerita yang puitis membuat cerita ini memiliki nilai lebih. Walaupun anak-anak (mungkin)  tak bisa sepenuhnya menangkap makna yang tersirat, namun mereka tak perlu khawatir. Uraian kata-kata berikutnya akan memperjelasnya. Bahwa satu cinta dari ibunda, jauh lebih berharga dari taburan sejuta warna ‘bintang’.

TEYOT TEBLUNG KATAK DAN SINA UDANG (http://sulthanah.multiply.com)
Teyot Teblung Katak sangat senang.
Semalam hujan.
Kolam penuh air sekarang.
Teyot Teblung bermain gembira.
Ditemani sahabat terbaiknya.
“Hati-hati!” Sina Udang mengingatkan.
Teyot Teblung tak mendengarkan.
Dia terus bermain.
“Ayo, main denganku!” ajaknya.


Sina menggeleng.
Tak lagi menasehati teman yang bersuka hati.
Ada batu besar di tengah kolam.
“Asyik kayaknya, kalau aku berdiri di sana,” pikir Teyot Teblung.
Dia sekarang mengambil ancang-ancang.
“Satu, dua,…,” hitungnya dalam hati.
Sina memperhatikan dengan seksama.
“Byur!” suara itu yang terdengar.
Teyot Teblung basah kuyup sekarang.
“Kan tadi sudah kubilang agar berhati-hati,” Sina Udang berkomentar.
Teyot Teblung tersenyum masam.

CERITA ULAT (http://cabekriting.multiply.com)
”Kenapa kau makan terus, ulat? ” tanya sekuntum bunga.
”Ini tugasku di bumi,”  jawab ulat.
"Tidakkah  kau lihat rupamu? Kecil, gemuk  dan buruk.“
Si ulat tidak peduli  dan terus mengunyah daun dengan rakusnya. Sang bunga  berhenti mengejeknya  karena tidak dipedulikan oleh ulat. Tak lama ulat berhenti mengunyah dan bunga kembali tertawa mengejek.
”Perutmu sudah kenyang, ulat kecil? Hahahhaha."
Si ulat hanya terdiam dan tubuhnya kaku  sampai tiga minggu kemudian.
Pagipun  merekah.
”Hei, kemana ulat hijau jelek itu?” tanya sang bunga.
”Aku disini, wahai bunga. Aku sekarang mempunyai sayap hingga dapat melihat indahnya bumi dari atas sini.”
Ulat telah menjadi kupu-kupu.
Jarang-jarang ada cerita model fabel seperti dua cerita di atas, yang jenaka, namun mengandung makna. Salut buat sang penulisnya.

KUNANG-KUNANG (http://damuhbening.multiply.com)
"Ibu, ada kunang-kunang terperangkap di sarang laba-laba, adik tolongin ya?"
Terbang bebaslah sang kunang-kunang.
 o0o
Bulan berikutnya, ketika penjelajahan dilakukan oleh para anggota pramuka di satu kawasan lereng gunung, seorang anak tersesat tatkala mencari jejak. Bahkan hari telah melewati senja. Anak ini tak menemukan jalan kembali.

Ada kesedihan. Mulut kecilnya tampak komat-kamit, memanjatkan doa.

Sejenak, seberkas kecil tampak berkerlip melayang menghampirinya. Binatang bercahaya itu mengitari.
Sang bocah terdiam dari tangisnya, menatap tiap kerlipan dari sinar lembut itu.

Kunang-kunang kemudian menjauh, menghilang. Tak berselang, satu-satu dari dalam gelap berkerlipan ratusan sinar lembut. Membentuk alur menjauh ke satu arah.

Kunang-kunang menuntunnya ke perkemahan.
Cerita petualangan di atas, terasa akan lebih hidup seandainya setting tempatnya diperjelas. satu kawasan lereng gunung, bisa diganti dengan lereng gunung Lawu, bumi perkemahan Pacet/Cibubur, pinggir danau Ranu Gumbolo, dll. Kata  dari pada menatap tiap kerlipan dari sinar lembut itu sebenarnya bisa dieliminasi.
Terlepas dari hal itu, ide ‘kunang-kunang sebagai penuntun arah’ merupakan ide yang segar, yang mungkin merupakan ‘wacana baru’. Sebuah nilai pembelajaran yang bagus, juga diusung cerita ini. Bahwa ‘Melalui caraNya, Tuhan menolong orang-orang yang gemar menolong sesama’.

Setelah membaca beberapa karya (dengan tidak menafikkan cerita-cerita lainnya), beberapa cerita berikut berpeluang besar menjadi pemenang Lomba :

1.   KUNANG-KUNANG (http://damuhbening.multiply.com)
2.  KEJUTAN BUNDA ( http://tiarrahman.multiply.com)
3.  MURID SPESIAL (http://toramarimelompat.multiply.com)
4. TEYOT TEBLUNG KATAK DAN SINA UDANG (http://sulthanah.multiply.com)
5.  Silat Camp (karya : http://ummuthoriq.multiply.com)
6. CERITA ULAT (http://cabekriting.multiply.com)
7. Ci Bimbim (http://duniauchi.multiply.com)
8. Kelereng (http://Smallnote.multiply.com)
9. MEONG (http://sinthionk.multiply.com)

Sumber :
http://saturindu.multiply.com/journal/item/211

1 komentar: