Kamis, 02 Februari 2012

Mencari Solusi Pendidikan Karakter yang Efektif


Oleh : Riyadi Hdayat *
Pembentukan karakter siswa atau peserta didik adalah faktor utama terhadap keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan di sekolah maupun luar sekolah. Siswa yang memiliki karakter akan mampu menjadi manusia yang tangguh dalam mengarungi kehidupannya. Siswa di sekolah yang mememiliki karakter baik akan mudah menyesuaikan terhadap capaian yang di tentukan oleh sekolah. Di luar sekolah siswa yang berkarakter akan mudah bergaul dan memposisikan dirinya sebagai seorang yang terpelajar.

Saat ini rasanya akan sulit mencari siswa yang berkarakter baik. Bukan karena kesalahan siswanya tetapi lebih karena pengaruh lingkungan dimanapun dia sekolah maupun tinggal. Lihat saja di media masa maupun televisi, berita mengenai tawuran antar pelajar bahkan tawuran antar  mahasiswa sering di beritakan. Sebenarnya mereka secara umur sudah dewasa tetapi secara emosional mereka masih belum bisa mengontrol diri.

Sikap murid terhadap guru saat ini di banding dengan saat saya masih kecil sudah banyak mengalami perubahan. Kalau dulu siswa masih banyak yang memiliki rasa hormat terhadap guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Saat ini prosentasi siswa yang menghormati gurunya mengalami penurunan. Banyak guru mengeluhkan hal ini, terbukti banyak guru yang mengambil langkah tegas  tetapi di nilai salah oleh beberapa pihak . Bukan berarti membela guru tetapi guru juga manusia biasa yang kadangkala memiliki keterbatasan. Kondisi siswa yang acap kali susah di atur dan tidak mempan terhadap nasehat membuat guru yang lepas kontrol memberikan hukuman yang kelewat batas. Seandainya siswa bisa lebih sopan dan tanggap mungkin kejadian-kejadian kekerasan guru terhadap siswa tidak perlu terjadi.

Beberapa faktor memang menjadi penyebab terjadinya penurunan moral siswa. Kondisi lingkungan keluarga acap kali menjadi faktor utama terhadap persoalan tersebut. Perhatikan saja angka perceraian di beberapa wilayah di Indonesia yang kian hari kian meningkat, hal tersebut mempengaruhi kondisi psikologis anak. Banyak kejadian kenakalan anak karena keluarganya broken home. Padahal prosentasi waktu di rumah lebih banyak daripada di sekolah. Sebaik apapun konsep yang di buat untuk pendidikan karakter siswa di sekolah tentu akan kurang optimal tanpa dukungan kondisi rumah.

Media Informasi juga tak kalah besar memberi pengaruh. Di televisi seringkali memberi tontonan yang kurang mendidik. Senetron yang segmennya anak-anak banyak menampilkan perilaku siswa yang kurang sopan terhadap gurunya dan banyak bahasa ejekan terhadap temannya. Tidak hanya senetron, lagu-lagu anak yang saat ini tidak terdengar lagi di televisi. Terbukti justru anak-anak sekarang lebih hapal lagu-lagu cinta yang mengajarkan romantisme semu dan berdampak buruk terhadap kedewasaan anak.

Pemerintah saat ini melalui Menteri pendidikan sudah mulai menggaungkan pendidikan karakter. Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter perlu segera di implementasikan dalam wujud yang nyata. Kalau perlu Menteri Pendidikan menggandeng kementrian lain untuk menelurkan kebijakan yang mendukung tercapainya pendidikan karakter bangsa. Sekolah bukan saja menjadi target utama tetapi seluruh lapisan masyarkat harus ikut mendukungnya. Kalau berjalan sendiri-sendiri tidak akan efektif.

Pendidikan karakter harus di mulai dari keluarga. Sosok seorang Ayah yang baik tentu akan mempengaruhi kondisi keluarga. Begitupun kedekatan ibu kepada anak akan mempengaruhi karakter anak di sekolah dan lingkungannya. Sekolah bisa membuat pertemuan khusus dengan wali murid untuk memberi pengarahan mengenai bagaimana  pendidikan karakter di rumah. Peran sekolah ini sebagai bentuk langkah nyata utnuk mencapai pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang berkarakter.

Prosentasi sekolah mengenai materi ajar juga harus diatur sedemikian rupa dengan komposisi yang tepat. Kalau target pendidikan adalah memembuat anak didik yang berkarakter porsi pendidikan agama harus di perbanyak. Seandainya tidak di mungkinkan perlu adanya pelatihan pendidikan karkater bagi guru.

Guru punya peran penting terutama pada proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran bisa diselipkan nilai-nilai moral. Pendidikan karakter bukan hanya tugas guru agama saja tetapi guru-gru yang lain harus ikut berperan. Pada pelajaran IPS misalnya bisa diceritakan tokoh-tokoh berkarakter baik, bagaimana mereka harus berproses meraih keberhasilannya. Pelajaran Matematika bisa saja diselipkan perhitungan-perhitungan yang jujur ketika menjadi seorang pedagang. Begitupun pelajaran lainnya bisa di selipkan nilai-nilai kebaikan.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan harus menelurkan kebijakan pembatasan terhadap tontonan yang kurang mendidik. Era demokrasi saat ini bukan berarti era kebebasan tanpa batas. Kebebasan yang di maksud tentu kebebasan yang bertanggungjawab, kebebasan yang bisa memberi manfaat untuk kemaslahatan bangsa. Semua unsur tentu harus saling mendukung untuk mewujudkan generasi bangsa yang berkarakter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar